"Kerja apa orang di rumah mulu, mendingan kita..."
Wahh rasa ingin lempar heels yaa kalo kuping udah panas mendengar para juliders bersabda. Belum lagi sakit nyampe ke ulu hati liat tajemnya pandangan mereka pas kita lewat. Tahan... semua ada waktunya.
Berapa tahun kebelakang orang masih tertawa sinis kalau kubilang sedang menulis. Gak ada cemoohan atau cibiran tapi raut muka ngerendahin terpampang nyata kaya billboard di lampu merah. Bahkan sampe hari ini aja masih ada orang yang menyepelekan kemampuanku. Mirisnya itu dilakukan circle pertemanan yang katanya profesional. Orang-orang yang merasa memiliki pengaruh dan merasa menguasai suatu hal dengan ahli pasti punya ego yang tinggi jadi wajarlah kalau ada 'kesempatan' mereka untuk mendiskreditkan orang lain.
Dari situasi ter"underestimet"kan itulah aku belajar menjadi orang yang kuat dan melawan pada diriku sendiri. Yap, melawan pada rasa lelah, rasa minder, rasa takut, rasa malas dan pada setiap energi negatif yang datang. Fokusnya hanya satu, pembuktian.
Aku belajar 3 kali lipat lebih lama, aku bekerja 3 kali lebih keras dan aku tidur 3 kali lebih pendek dibandingkan orang lain. Apa aku sedang menyiksa diri demi sebuah pembalasan dendam? Tidak. Balas dendam adalah energi negatif seperti apapun hasil baiknya tetap meninggalkan sisa keburukan pada inangnya.
Working is Healing. Kerja keras yang aku lakukan sekarang adalah kesenanganku, healing dari masa lalu yang kugunakan untuk mengakuisi standar orang lain yang membuat mindsetku sulit berkembang. Pada akhirnya setelah aku bekerja keras sedikit demi sedikit aku menemukan jalan dan juga kunci menuju kesuksesan ideal yang aku inginkan.
Menulis adalah privilage yang diberikan Tuhan. Blog, konten dan skrip skenario, semua sekarang terasa indah ketika ketiganya berjalan bergandengan. Ketika blog yang dulu mati suri tanpa nyawa jauh dari estetik kini menjadi sumber penghasilan bukankah itu adalah pencapaian besar? Saat dulu caption instagram kita dianggap alay tapi kini permainan kata itu justru menjadi branding clickbait yang menarik bagi clients, as a copy writter it's so valuable isnt't it? Ratusan Ide cerita berserak di laptop semua belum menemukan jalannya untuk tembus meja produser tapi disaat yang tepat hari ini ide ceritaku akan diproduksi oleh Production House besar untuk sebuah film panjang komersil, jelas itu adalah kebanggaan tak bernilai. Dan punya kesempatan menulis skrip untuk platform, artist management dan OTT sekarang secara kontinyuitas adalah paling disyukuri dan dinikmati sebagai jalan ninjaku meraup cuan.
Orang hanya akan melihat akhirnya, tidak akan menemani prosesnya. Maka kuatkan dirimu seperti yang aku lakukan sampai saat ini dan nanti. Makanlah dengan baik, bekerja lebih keras dan hiduplah dengan baik. Allah akan bekerja dengan caranya. Jadi tidak peduli seberapa sulit, bertahanlah dengan baik sampai akhir.
Tulisan ini adalah kolaborasiku dengan Bandung Hijab Blogger
Bekerja dengan hati, bekerja dengan passion itu beneran healing ya teh. Aku setuju sekali.. jangan memandan rendah apapun itu, kita gak tau suatu saat akan jadi seperti apa. Gak ada yang tau.
ReplyDeleteSetujuuu, tidak peduli seberapa sulit, bertahanlah dengan baik sampai akhir! Semangat Kakak...memang profesi menulis masih dianggap nomor kesekian, dianggap enggak kerja...Enggak usah jauh-jauh, akupun di rumah aja IRT, sering datang paket, kadang jalan ke event, terus aktif di sosmed, ngabisin waktu luang di depan laptop dan pegang HP. kirain ngeksis, narsis...astagaah, padahal itu ada duitnya lho. Belum tau aja dia, dan kalau dikasih tau kadang ga percaya:D
ReplyDeleteBiasalah orang2 yang sotoy atau iri tanda tak mampu memang sulit memahami hal2 menyenangkan yang kita lakukan. Menulis yang merupakan hobi dan menjadi duit itu kesenangan kita. Berkegiatan, isi waktu yang keren2 itu membahagikan pastinya.
ReplyDeletekadang kalau kita dengerin semua kejulidan atau komentar orang, pengen banget jejelin lumpur di mulut nya ya mba. udh pada tahu banget keknya kehidupan kita. hahahah
ReplyDeleteBener banget, entah kenapa ketika ada pekerjaan malah bikin tambah happy. Bisa dibilang healing juga ya? Selama pekerjaan itu menghasilkan, ya itu yang penting, terserah mau dibilang receh segala hehe!
ReplyDeleteBekerja sebagai bagian healing dan eksistensi terhadap passion yang dimiliki akan membuat nyaman
ReplyDeleteMemang kadang sebel sih. Kayak di rumah sendiri pun, kalau saya ngendon seharian di kamar, dipikir bermalas-malasan, padahal ngetik seharian pun kadang baru kelar jam setengah 3 malam karena sambil ngurus bocil dan segala permintaan mereka.
ReplyDeleteApalagi aku, emak-emak. Kalo gak menyalurkan 20 ribu kata sehari rasanya mau pecah ini kepala. Makanya working is healing, nulissss terus kapan ada kesempatan.
ReplyDelete