Tidak banyak yang mengetahui ternyata ada keterkaitan antara bersahajanya tradisi botram masyarakat Sunda dengan roti lapis Belanda. Yup, dikutip dari berbagai sumber istilah
Kebiasaan bangsa Belanda membawa bekal roti lapis atau boterham saat bekerja keluar rumah mengilhami masyarakat Sunda di masa itu untuk juga membawa bekal saat berangkat ke sawah atau ladang. Pada saat tengah hari mereka beristirahat untuk memakan bekal nasi sambil berbagi lauk satu sama lain. Dan mereka menyebutnya sebagai botram.
Kemudian tradisi botram lestari secara turun temurun dan kerap diadakan dalam berbagai kesempatan seperti pesta panen, membangun rumah, syukuran, kerja bakti warga atau dalam rangka merayakan hari kemerdekaan dan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Seiring perkembangan jaman kini botram menjadi istilah untuk menyebut acara berkumpul dan bercengkrama sambil makan-makan. Pelaksanaannya pun bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa juga di cafe dengan berbagai menu yang beragam dan kontemporer.
Pengertian Botram
|
Botram dahulunya dilakukan saat beristirahat meladang |
Dalam berbagai literasi disebutkan jika Botram, berasal dari kata Sunda buhun yakni “bor” yang berarti beramai-ramai dan “taram” yang berarti makan bersama.
Secara harfiah botram bermakna aktifitas makan bersama yang dilakukan di siang hari, biasanya dilakukan di ruang terbuka seperti pematang sawah, lapangan atau balai desa.
Botram biasanya dilakukan secara sederhana diikuti oleh lebih dari 3 orang dengan cara duduk lesehan. Menariknya dalam tradisi makan siang khas Sunda ini masing-masing orang akan membawa makanannya sendiri untuk kemudian dikumpulkan dan saling berbagi.
Hidangan botram dihidangkan diatas pelepah daun pisang yang digelar memanjang. Menunya unik seperti nasi liwet, ikan asin, lalab, lauk pauk seperti ayam, tahu, tempe juga sambal, hingga berbagai tumisan.
Dalam tradisi botram semua orang akan mengelilingi daun pisang dan makan bersama menggunakan tangan kosong tanpa alat bantu makan seperti sendok dan garpu.
Filosofi Botram
|
Botram penuh dengan makna filosofi |
Sejak zaman nenek moyang masyarakat tatar sunda menyukai kebiasaan makan bersama. Konon dengan cara botram nafsu makan menjadi meningkat. Begitupula dengan cita rasa hidangannya meski hanya lauk pauk sederhana seperti ikan asin dan tempe goreng terasa lebih nikmat saat disantap di momen botram.
Sajian hidangan botram diatas daun pisang mengajarkan kesederhanaan dan mencintai alam dengan mengurangi sampah sulit terurai seperti plastik.
Botram juga mengandung filosofi keberagaman. Hadirnya beragam jenis lauk pauk lengkap dengan nasi liwetnya dalam satu hamparan daun pisang mencerminkan indahnya keberagaman yang disatukan dalam satu tujuan makan bersama yang nikmat. Seperti Indonesia yang berbeda-beda tapi satu jua.
Selain kesederhanaan dan keberagaman, filosofi lainnya dari botram adalah kekeluargaan dan gotong royong. Botram mengikat rasa saling menyayangi dan mengasihi satu sama lain lewat bagaimana setiap orang menyediakan bagi yang lainnya lauk pauk agar semua bisa saling mencicipi. Bersama-sama secara gotong royong menyiapkan sehingga suka cita terpancar saat botram dilaksanakan.
Sebutan Botram di Berbagai Daerah
|
Tradisi makan bersama juga ada di berbagai daerah |
Selain botram tradisi makan bersama di suku Sunda adalah bancakan. Perbedaan bancakan dengan botram terletak pada siapa yang menghidangkan makanan.
Dalam tradisi bancakan, tuan rumah akan menghidangkan hidangannya untuk disantap bersama-sama. Tetapi dalam botram masing-masing orang akan membawa makananya sendiri dan saling berbagi.
Tak hanya di wilayah tatar sunda, tradisi makan siang bersama seperti botram di berbagai daerah di nusantara selalu ada. Di Padang tradisi makan bersama seperti botram disebut Bajambo, Saprahan di Kalimantan Barat, Bedulang di Belitung, Binarundak di Sulawesi dan Patita di Maluku.
Manfaat Botram
Makan siang bersama alias Botram memiliki banyak manfaat seperti :
- Memanjangkan tali silaturahmi
- Mempererat rasa kekeluargaan dan gotong royong
- Meningkatkan nafsu makan
- Menghilangkan sejenak kepenatan
- Melestarikan tradisi budaya warisan leluhur
- Mengurangi sampah sulit terurai seperti plastik, kertas dan sterofom
Penutup
|
Nikmatnya nasi liwet saat botram |
Botram adalah tradisi makan siang bersama yang telah menjadi salah satu identitas kehidupan masyarakat Sunda. Botram diwariskan secara turun temurun dan lestari hingga hari ini. Lewat tradisi botram masyarakat diajarkan tentang nila-nilai kesederhanaan, kekeluargaan, gotong royong serta kebhinekaan. Botram juga memiliki manfaat baik terhadap manusia maupun alam sekitarnya. Indonesia yang kaya akan budaya dan suku bangsa memiliki tradisi botram yang sama dengan penyebutan yang berbeda di setiap daerah.
Di Bandung ada tuh beberapa restoran yang menyediakan menu nasi yang penyajiannya ala botram gitu. Menunya nasi, ayam goreng, ikan asin, tahu, tempe dan lalap sambel ditata di daun pisang panjang gitu juga.
ReplyDeleteMakna KEBERSAMAAN itu memang luar biasa ya Fa. Baik BOTRAM maupun BANCAKAN, konsepnya adalah makan bersama-sama. Meski lauknya sederhana pun, duduk di satu tempat dengan hidangan untuk disantap bersama di waktu yang sama tuh membangkitkan suasana setara dan kekeluargaan. Apalagi saat dilengkapi dengan ngobrol dan menjaga silaturahim.
ReplyDeleteJadi membayangkan, kita, semua anggota komunitas Food Blogger Indonesia, bisa duduk lesehan bersama sambil botram atau bancakan. Wooaaahh pasti seru dan menyenangkan banget.
tradisi makan siang yang seru banget yaaa... jadi pengen ikutan cobain nih :D rasanya di tiap daerah punya tradisi makan juga ya yang mana intinya bisa ramean sama teman-teman lain.
ReplyDeleteAku dulu paling gak bisa makan botraman gtu soalnya kyk sepiring dimakan bareng2 . Tapi begitu pindah kab Bogor trus pada sering makan kek gtu lama2 kebiasaan juga. tapi sejauh ini sih biasanya tuan rumah yang menyajikan tuh di atas daun yang panjang tu dia menyajikan lagi daun2 yang dipotong segi empat jd seolah2 ada piring sendiri :D
ReplyDeletekalau komunitas di sekitar saya menamai cara makan bareng dengan daun pisang seperti ini sebagai "ngaliwet"
ReplyDeletemungkin karena nasinya diliwet (tanpa santan), lauknya seadanya: telur pindang tapi pastinya harus ada sambal dan lalap
Sedangkan botram biasanya kita bawa makanan masing-masing atau potluck
Baru uengeuh kalau budaya botram terinspirasi dari kebiasaan masyarakat Belanda yang menetap di sini, dimana mereka punya kebiasaan bawa bekal makanan dari rumah dan disantap di tempat bekerja.
ReplyDeleteIya, aku sebenarnya lebih kenal bancakan dibandingkan botram. Kukira tadinya hanya perbedaan istilah saja, ternyata maknanya juga berbeda. Botram lebih ke ala ala potluck ya kalau di jaman sekarang tuh sebutannya.
Bener juga ya. Kalau makan bareng tuh kayak meningkatkan nafsu makan gitu. Kayak makin doyan makan gitu lho.
ReplyDeleteJadi inget jaman kecil dulu juga suka bawa bekal ke ladang buat makan siang. Atau kadang sepulang sekolah ngirimin ke Bapak yang lagi jaga padi. Pernha satu kali gak ngirim, alhasil gak makan seharian itu, nyeselll ampek sekarang.
ReplyDeleteWajar kalau dalam kehidupan kita dipengaruhi oleh Bangsa Belanda yang berada di sini selama 350 tahun. saya baru tahu tradisi Botram ini, Mbak yang sama dengan Bancaan kalau di Jawa. Tapi sebenarnya kalau makan siang di kantor atau tempat kerja, lalu saling tukar lauk juga bisa ya, disebut Botram hehehe
ReplyDeleteTernyata botram itu kata serapan dari bahasa Belanda yaa...
ReplyDeleteDan filosofi yang indah untuk sebuah kondisi sosial masyarakat yang saling peduli dengan makna kebersamaannya yang kental.