Sumber foto @kampunglaligadget @guruesde |
Berapa hari lalu tiba-tiba muncul di timeline
instagram aku kabar tetang anak yang harus dapat perawatan intensif dokter
karena masalah di otaknya. Konon anak yang baru duduk di bangku SMP itu
mengalami radang di selaput otak akbiat dari radiasi tinggi. Duhh ngeri ya
bacanya. Selang berapa jam malamnya di X ramai lagi tentang anak kosan yang mengalami
musibah kebakaran akibat gadget yang terlalu panas.
Mengerikannya akibat dari kebakaran tersebut pemuda
kosan itu harus menahan rasa sakit karena tubuhnya ikut terbakar dan menempel
dengan kasur busa yang hangus saat ledakan handphone terjadi. Pemuda itu
menggunakan handphone yang tengah diisi daya sambil bermain game. Maka saat
panas handphone melebihi kapasitasnya, dwarrrr!! Semua tak bisa diselamatkan.
Sudah sering sekali berbagai fenomena buruk dan kabar
tak menyenangkan yang diakibatkan karena konsumsi gadget yang berlebihan.
Dampak buruk gadget juga meluas tak hanya pada keselamatan dan kesehatan tapi
juga pada sektor sosial dan ekonomi. Dunia digital memang tak bisa dienyahkan
pada era teknologi moderen seperti saat ini. Tetapi bijak menggunakan gadget
tentu harus diterapkan terutama kepada anak-anak sekolah. Bahkan bila perlu
Pada usia tertentu anak perlu dibatasi bersentuhan dengan gadget.
Masalahnya kemudian orangtua saat ini juga abai pada
komitmen batasan ruang dan waktu bermain gadget. Anak secara sadar diberikan
gadget supaya anteng, supaya tidak mengganggu aktifitas orang tua, atau bahkan
supaya anak tidak merengek minta main keluar. Wah salah besar jika sudah
seperti itu. Kecanduan gadget sangat berbahaya bagi generasi muda terutama anak
karena akan menumpulkan kepekaan sosialnya, kreatifitas juga daya saing bahkan
fatalnya adalah anak tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia maya. Anak
yang terus menerus bercengkrama dengan gadget sepanjang waktu juga akan
intolerir pada lingkungan sekitarnya.
Berangkat dari segudang keresahan tersebut seorang
pemuda sederhana asal Karanganyar Jawa Tengah mencoba membuka lagi media agar
anak bisa melupakan gadget meski sejenak. Dengan nama Kampung Lali Gadget,
Achmad Irfandi seolah membuat oase ditengah tandusnya permainan tradisional
yang diketahui anak-anak generasi saat ini.
Kembalinya Dunia Bermain
Anak Indonesia di Kampung Lali Gadget
Kampung Lali Gadget
berdiri pada tahun 2018 di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Ide mendirikan Kampung Lali Gadget tercetus karena
keprihatinan Irfandi terhadap meningkatnya ketergantungan anak-anak pada
perangkat elektronik seperti smartphone dan tablet. Saat itu, ia melihat banyak
anak yang lebih memilih bermain game di gadget dibandingkan melakukan aktivitas
fisik atau berinteraksi secara langsung dengan teman-teman sebaya. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang terhadap kemampuan
sosial dan fisik anak-anak.
Dorongan utama untuk
mendirikan Kampung Lali Gadget adalah keinginan untuk memberikan ruang dan
kesempatan bagi anak-anak agar dapat mengurangi penggunaan gadget dan lebih
banyak berinteraksi dengan alam serta teman-temannya. Irfandi ingin menciptakan
lingkungan yang mendukung anak-anak untuk kembali mengenal permainan
tradisional, aktivitas luar ruangan, dan kegiatan edukatif yang bermanfaat
untuk perkembangan mereka. Tujuan dari pendirian Kampung Lali Gadget ini adalah
untuk menanamkan nilai-nilai sosial, kebersamaan, dan kemandirian pada
anak-anak, serta memperkenalkan kembali permainan tradisional yang semakin
terlupakan.
Kampung Lali Gadget terletak di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kampung ini memiliki lingkungan yang alami, jauh dari hiruk pikuk perkotaan, sehingga memberikan suasana yang cocok untuk kegiatan di alam terbuka dan menjauhkan diri dari penggunaan gadget. Di area kampjng Lali Gadget anak-anak akan diarahlan untuk bermain-main di alam bebas, mengekplorasi permainan tradisional dan bermain permainan sederhana dengan kreatifitas.
Beragam kegiatan
dilakukan di Kampung Lali Gadget, yang semuanya dirancang untuk mengajak
anak-anak aktif bergerak, berpikir kreatif, dan berinteraksi sosial.
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
- Permainan
Tradisional: Anak-anak diajak untuk memainkan
permainan tradisional seperti gobak sodor, egrang, lompat tali, congklak,
dan lain-lain. Permainan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga melatih
kemampuan motorik dan sosial mereka.
- Berkemah
dan Kegiatan Alam: Kampung Lali Gadget juga
menyediakan fasilitas untuk berkemah, sehingga anak-anak bisa merasakan
pengalaman tidur di alam terbuka, memasak sendiri, dan belajar tentang
lingkungan alam.
- Workshop
Kreativitas: Ada juga kegiatan edukatif seperti
membuat kerajinan tangan, berkebun, dan memasak, yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan praktis dan kreativitas anak.
- Edukasi
Pertanian dan Peternakan: Anak-anak dapat
belajar mengenai pertanian, bercocok tanam, dan merawat hewan ternak, yang
dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap alam dan lingkungan.
Saat ini Kampung Lali Gadget telah menjadi tujuan wisata edukasi yang menarik, tidak hanya bagi anak-anak dan keluarga, tetapi juga menarik perhatian beberapa artis yang datang untuk berkunjung, salah satu yang kerap berkunjung adalah aktris cantik Luna Maya. Kehadiran para artis tentu saja turut membantu memperkenalkan Kampung Lali Gadget kepada masyarakat luas dan memberikan dukungan terhadap gerakan mengurangi ketergantungan pada gadget. Dampak baik dari makin dikenalnya kampung lali gadget adalah bagaimana generasi masa depan tetap seimbang terpapar kemajuan teknologi.
Sementara biaya masuk ke Kampung Lali Gadget sendiri bervariasi tergantung pada paket kegiatan yang dipilih. Secara umum, harga tiket masuk berkisar antara Rp50.000 hingga Rp150.000 per orang, tergantung pada durasi dan jenis aktivitas yang diikuti. Paket-paket tersebut mencakup berbagai kegiatan seperti permainan tradisional, edukasi alam, dan workshop keterampilan. Banyak rombkngan belajar baik dari sekolah maupun perseorangan datang ke kampunv lali gadget untuk kembali mengenalkan rasanya main di alam kepada anak-anak.
Acmad Irfandi Pencetus Kampung lali Gadget Peraih Anugerah SATU Indonesia Astra
Sosok Achmad Irfandi
bukanlah di dunia aktifis budaya. Pria asala Karnga Anyar lulusan sastra
inggris ini kerap wira wiri mengisi berbagai podcast dan seminar kebudayaan
sebagai narasumber. Sosoknya yang inspiratif dan berdedikasi sebagai penggagas
Kampung Lali Gadget mengantakannya menjadi salah seorang penerima penghargaan
bergengsi Anugerah SATU Indonesia dari ASTRA. Lewat Kampung Lali Gadget Achmad
bersama beberapa penggerak komunitas ini bahu membahu untuk mengatasi
ketergantungan anak-anak terhadap gadget.
Sebagai seorang guru Irfandi
mengaku prihatin pada pesatnya kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan
edukasi serta pengawasan orangtua. Akibatnya permainan tradisional, budaya dan
nila-nilai etika mulai tergeserkan oleh informasi dalam gadget. “Jika semua
orang berlomab-lomba dalam kemajuan teknologi, lalu siapa yang memikirkan
dampak negatif dari perkembangan teknologi itu”ujar Irfandi. Ia sangat concern
dan peduli terhadap perkembangan sosial dan kesehatan anak-anak di era digital
ini. Ia juga menyadari bahwa penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak
negatif pada kemampuan sosial, kreativitas, serta kesehatan fisik dan mental
anak-anak.
Post a Comment
Post a Comment