Bila Esok Ibu Tiada Gambarkan Realistis Anak Pertama Perempuan Dalam Keluarga

14 comments

cr pict : Leo Pictures/ Bila Esok Ibu Tiada
Menonton film Bila Esok Ibu Tiada membuat saya tertegun. Ini adalah kisah saya setahun lalu saat almarhum papa meninggalkan kami semua untuk selamanya. Keluarga menjadi kehilangan arah dihantam ego individu, konflik dan frustasi tak berkesudahan. Tidak ada lagi figur yang mendinginkan bak embun, melindungi bak perisai, dan mengikat bak jangkar. Masing-masing bertahan dalam pembenaran dan keegoisannya. 

Lalu waktu berjalan meski kembali bersama ada tali yang rapuh dalam mengikat keluarga. Lalu aku membayangkan lagi bila besok mama yang pergi selamanya akan kemana dan bagaimana aku bertahan melanjutkan hidup. Mungkinkah akan gelap sementara anak perempuan pertama tumpuan adik-adiknya, anak-anaknya dan bahkan dirinya sendiri.

Film drama keluarga Bila Esok Ibu Tiada ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Nuy Nagiga. Telah dirilis pada 14 November 2024 hingga kini film ini telah berhasil meraih satu juta lebih penonton bioskop.


SINOPSIS: Bila Esok Ibu Tiada, Bayangkan Dimana Kakak Pertamamu?

Cast utama Bila Esok Ibu Tiada

Keluarga yang hangat tiba-tiba terguncang dan kehilangan arah saat ayah mereka meninggal dengan tenang dalam tidurnya. Sebagai anak perempuan pertama Ranika (Ardiniya Wirasti) mengambil peran besar dalam keluarga menggantikan sosok ayah yang telah tiada. 

Waktu terus berjalan keadaan terus berubah tapi Ibu tetap disana tak berubah. Yang berubah adalah kehampaan hatinya yang makin mengembang setelah belahan jiwa pergi, kesedihan dan rasa sepi perlahan menggerogoti pikiran dan kesehatan Ibu Ratih ( Christine Hakim). 

Keempat anaknya semakin sibuk dengan segala urusannya masing-masing. Benturan ego dan frustasi terus memantik konflik keluarga ini. Kehangatan keluarga hilang beririsan dengan kesalahpahaman. Hingga akhirnya Ibu juga akhirnya bersandar pada akhir yang sama. Lalu bagaimana Ranika bertahan untuk menyatukan kembali keluarga dari segala badai yang dituai adik-adiknya dan akankah dia menemukan cinta sejatinya? Semua hanya terjawab Bila Esok Ibu Tiada.


REVIEW

Nobar Bila Esok Ibu Tiada bersama Mama, Kakka dan Bebbe

Film Bila Esok Ibu Tiada menjadi salah satu film drama yang cukup laris di bioskop. Hingga dua minggu berlalu msaih tayang di bioskop dan telah berhasil meraih penonton diatas satu juta. Tentu bukan hal yang bisa disepelekan. Sebagai film yang mengangkat ikatan keluarga film ini memang cocok ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Itu sebabnya tak sedikit yang menonton bersama orangtua, anak, kerabat bahkan bersama muridnya. 

Penulis juga memberikan pengajaran tentang filosofi Jepang yang terkenal Kintsugi. Hal ini terlihat dalam scene gelas keramik yang diperbaiki Ranika. Kinsutgi sendiri adalah seni memperbaiki benda pecah belah, seperti keramik atau mangkuk, dengan cara menyatukan kembali dengan lem dan menghiasinya dengan emas. Dalam scene ini ditunjukkan bagaimana sesuatu yang buruk tak perlu disembunyikan dan hanya perlu diperbaiki. Begitupula hubungan konflik dan cinta dalam keluarga. 

Film Bila Esok Ibu Tiada memberi sudut pandang posisi anak sesuai realita di masyarakat seperti anak perempuan pertama yang memikul tanggung jawab besar demi kelangsungan dan kesejahteraan keluarga sehingga mengesampingkan kepentingan pribadinya termasuk pernikahan. Atau anak tengah yang sering terabaikan karena posisi dan idealismenya yang membuat mereka tidak menonjol hingga anak bungsu yang kerap menjadi tumbal berbagai situasi pelik keluarga. Semua disuguhkan dengan battle epic ekting mumpuni para pemain. 

Sayangnya itu juga yang sepertinya menjadi "beban" film ini dalam bertutur. Dibintangi deretan aktor dan aktris populer di industri film, Bila Esok Ibu Tiada terasa menjenuhkan di babak pertama bahkan membuat ngantuk. Cerita seolah diplot adil agar memberi porsi sama rata bagi semua tokoh. Selain itu teknis pengambilan gambar secara close up yang too much membuat penonton batal mengelas dada karena justru merasa risih dan tak nyaman menonton. Seperti saya sampaikan diatas banyak penonton yang meluangkan waktu nonton bersama dengan membawa anak dan bahkan murid mereka. 

Bila Esok Ibu Tiada

Official Poster Bila Esok Ibu Tiada
Judul : Bila Esok Ibu Tiada
Sutradara : Rudi Soedjarwo
Produser : Agung Saputra
Produksi : Leo Pictures
Rilis : 14 November 2024
Durasi : 104 menit
Pemeran
  • Christine Hakim : Ratih 
  • Slamet Rahardjo : Haryo
  • Adinia Wirasti : Ranika
  • Fedi Nuril : Rangga
  • Amanda Manopo : Rania
  • Yasmin Napper : Hening
  • Baim Wong : Kevin






Rafahlevi
Founder Xalshe Media Creative. Owner Beelicious Bandung. Single mom of two. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

14 comments

  1. Film Bila Esok Ibu Tiada dari review yang kubaca terbilang sukses mengguncang emosi penonton, apalagi plot yang merangkum pahit manis kehidupan. Figur ibu yang tegar dan Ranika yang berjuang menggantikan peran ayah terasa begitu relatable. Sebuah film yang menyayat, namun menghangatkan dan tentunya buat kita rindu dengan ibu. :(

    ReplyDelete
  2. Film 'Bila Esok Ibu Tiada' berhasil menyentuh relung terdalam hati. Kisahnya yang begitu dekat dengan kenyataan membuat saya merenung panjang. Saya melihat bayangan diri saya dan keluarga dalam setiap adegannya. Kehilangan sosok ayah, seperti yang dialami keluarga dalam film, adalah luka mendalam yang tak mudah sembuh.

    ReplyDelete
  3. Waduh.. harusnya nonton sih ini, jarang banget Film di Indonesia dengan tema-tema seperti ini sekarang.. apalagi ada sederet pemain papan atas, pasti bagus banget.

    ReplyDelete
  4. wah lagi pada rame bahas ini, jadi penasaran banget pengen nonton ceritanya tapi takut sedih dan nangis, filmnya menyedihkan ga Kak, kalau iya ngumpuin dulu kekuatan buat nontonnya takut sedih, ga bisa kalau berkaitan sama orangtua

    ReplyDelete
  5. Salah satu film yang cukup rekomen ya kalau lihat dari review. Bagus sekali buat kita selaku anak, supaya lebih bisa memperluas POV terkait keluarga dan orang tua. Terasa berbeda saat ada orang tua dan orang tua berpulang.

    Pastinya sangat membuat penonton ingin menangis serta mengenang banyak hal yang berkaitan sama keluarga terutama sang Ibu. Memang tak pernah kebayang kalau Ibu tiada, anak-anaknya pastilah akan sangat merasa kehilangan yang mendalam.

    ReplyDelete
  6. Saya maju mundur mau nonton film 'Bila Esok Ibu Tiada'. Takut ikut nangis terus waktu ngikutin ceritanya. Kebayang sedihnya kehilangan keluarga yang dicintai.

    ReplyDelete
  7. nonton film yang relate dengan kehidupan pribadi kita itu rasanya kayak ngaca ya Kak, emosi dan perasaan itu campur aduk pasti ya saat menontonnya.
    sayangnya saya belum nonton nih filmnya padahal pengen juga sih kemarin nonton Bila Esok Ibu Tiada ini.

    ReplyDelete
  8. Saya maju mundur mau nonton film ini. Baca reviewnya aja udah berasa sedih. Karena papah saya pun udah wafat dan saya anak pertama. Tapi, penasaran juga dengan filmnya.

    ReplyDelete
  9. Aku baru tahu kalau ada film ini. Sesungguhnya aku sama petsis dengan situasi tokoh anak pertama dalam film ini. Tapi aku enggak tertarik nonton.

    ReplyDelete
  10. Minggu lalu teman-teman saya ngajakin nobar film ini pas saya ga bisa..huhu padahal seru. Saya sudah ngalamin , di keluarga suami, Bapak Mertua meninggal 13 tahun lalu...kemudian 3 tahun lalu Ibu Mertua berpulang, dan ambyarrr...kini anak-anaknya jalan sendiri-sendiri nyaris seperti bukan saudara lagi

    ReplyDelete
  11. Salah satu film keluarga yang pengen aku tonton sih ini, ceritanya sangat menarik dan banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah ini

    ReplyDelete
  12. Aaa aku belum siap nonton ini.. lihat beberapa review di reels pada nangis semua, baca ini jadi makin gak berani nonton, takut pas keluar nangis kejer..

    ReplyDelete
  13. Banyak rekan juga membicarakan film Bila Esok Ibu Tiada ini. Senang sekali saya bisa dapat review yang berimbang dari Kakak, selepas beberapa rekan yang menyarankan, kebanyakan menyampaikan review yang sekadar bilang "bagus, nonton deh". Aih, saya kini tinggal menunggu filmnya muncul di platform streaming legal saja biar bisa ikutan cari tahu dan merasakan sensasi sepanjang menontonnya.

    ReplyDelete
  14. Bagus ini, bergenre family. Sejak kemarin pengin tahu reviewnya, eh nemu artikel ini akhirnya. Selain menarik, banyak juga pelajaran hidup yang bisa dipetik dari film ini.

    ReplyDelete

Post a Comment