Buku Digital Public Relations Karya Dudi Rustandi Menjabarkan Paradigma Baru Keterikatan Manusia Dan Teknologi Dalam Dunia Kehumasan

18 comments

Buku Digital Public Relations ditulis oleh Dudi Rustandi

Meski hobi membaca dan menulis, dulu saya tidak pernah membayangkan suatu hari akan berada dalam habitat arus informasi yang dinamis sebagai praktisi. Hobi membaca koran, buku, novel, kawanku, gadis, bobo, peercil sudah ada sejak sekolah dasar. Menulispun sudah dimulai dari menulis buku diari, sahabat pena, mengisi rubrik koran PeeRCil, mading sekolah, berbagai lomba dan akhirnya punya blog sendiri. 

Pada akhirnya mengurus blog membuat saya sadar menulis bukan lagi rasa cinta tapi menjadi tanggung jawab. Karena sekarang ini adalah hobi yang dibayar. Ngeblog memberi saya keleluasaan mengolah dan memberikan informasi dari sudut pandang saya sebagai orang pertama. Interaksi dengan pembaca dibangun agar saya tahu bagaimana respon yang dipantik dari tulisan saya.

Semakin banyak pundi-pundi yang saya hasilkan dari tulisan di blog, semakin saya rajin mengupgrade blog rafahlevi.com. Beberapa yang saya lakukan adalah meningkatkan optimasi SEO lewat keyword, mengubah tampilan Blog, rebranding blog, memperbaiki kualitas konten dan lain-lain.

Menariknya ternyata saat saya membaca buku karya Dudi Rustandi yang berjudul Digital Public Relations, berbagai elemen tersebut turut dijabarkan dalam kaitannya sebagai bagian dari Digital Public Relations. Berikut sinopsis dan reviewnya.


SINOPSIS

Buku Digital Public Relations Bab 8 Media Sosial Untuk PR

Judul : Digital Pulic Relations
Penulis : Dudi Rustandi
Penyunting : Nunik Siti Nurbaya
Desain Sampul : Nur Slamet
Penata Letak : Tony Suchendra
Penerbit : Simbiosa Rekatama Media
ISBN : 978-623-6625-85-9
Halaman : 228


Ringkasan:
Lebih dari 260 halaman buku Digital Public Relations menjabarkan paradigma baru tentang keterikatan manusia dan teknologi dalam dunia kehumasan. Buku ini ditulis tunggal oleh Dudi Rustandi yang telah menggeluti dunia komunikasi baik sebagai praktisi, dosen ilmu komunikasi hingga penulis puluhan jurnal ilmiah. Dalam buku ini penulis menuangkan banyak pandangan dan gagasan yang divalidasi oleh fakta dan data yang komprehensif tentang perkembangan dunia digital public relations. 

Secara runut buku ini memberikan banyak pencerahan akan seluk beluk dunia kehumasan seiring berkembangnya kemuktahiran teknologi. Fenomena ketergantungan manusia kepada dunia digital mendorong terjadinya perubahan dalam dunia PR. Kini PR tidak lagi sebatas top down yang bersifat searah tetapi lebih dinamis dengan kemungkinan interaksi ruang digital dalam bentuk traffict, reach, impression, engangement dan lain-lain. 

Lebih lengkap tentang sejarah komunikasi digital, konsep-konsep dasar digital PR, pengertian beserta perubahannya, strategi Digital PR, hingga berbagai elemen dasar yang membangun digital PR tertuang gamblang dalam 13 bab yang tersusun konstruktif di buku Digital Public Relations ini.


REVIEW 

Sejujurnya ini adalah "comeback" saya mengulas sebuah buku. Dulu sekali zaman SMP saya pernah mengulas buku fiksi sastra lama, bukunya tipis tapi berat bukan main. Saking "berat"nya saya harus mengulang baca sampai 4 kali, sampai sekarang saya masih hafal isinya meski dua puluh tahun sudah berlalu. Judulnya "Khutbah Di Atas Bukit" karya Kuntowijoyo. 
Kali ini saya kembali mengulas sebuah buku, rasanya sudah berbeda tapi usahanya tetap sama. Mencoba memahami isi yang ingin disampaikan penulis dalam setiap pilihan kata yang digunakan. Buku Digital Public Relations ini berbicara tentang perkembangan hubungan masyarakat dengan runut dan mudah dimengerti.  

Penjabaran setiap materi mengambil konsep piramida terbalik, dimulai dari pengetahuan umum mengenai Public Relations (PR) kemudian mengerucut dan semakin fokus pada satu persatu elemen digital PR. Skema bab seperti ini memudahkan saya memahami bagaimana buku ini bekerja dengan cara memberikan informasi secara perlahan dan sistematis.

Buku ini membahas secara terstruktur dan komperehensif seluk beluk dunia digital public relations yang saat ini sedang terus berkembang. Digital PR digambarkan tidak memiliki perubahan mencolok dibandingkan PR Konvensional kecuali mediamorfosisnya.

Sebagai alat komunikasi perusahaan dalam menjalin interaksi dengan masyarakat PR konvensional mengalami pergerakan seiring kemajuan teknologi. Kini interaksi kehumasan tak lagi melulu searah melainkan dua arah bahkan lebih luas spektrumnya dari itu. Digital Public Relations yang dijabarkan di buku ini secara brutal membuka bagaimana konsep-konsep dasar Digital PR bekerja di era kemajuan teknologi saat ini. 
Secara runut juga buku ini juga mengenalkan sejarah komunikasi digital, konsep-konsep dasar yang saling bertautan, pengertian Digital PR beserta perubahannya, strategi Digital PR, berbagai elemen yang membangun digital PR seperti email, blog, SEO, buzzing hingga branding, serta kesimpulan terhadap pemahaman Digital PR 4.0 menuju 5.0 yang memanusiakan.

Sebagai negara pengguna media sosial kelima terbesar di dunia, Indonesia khususnya adalah tokoh utama dalam buku ini. Sekitar 212 juta penduduknya mengakses internet untuk berbagai keperluan. Buku ini menyodorkan data dan fakta bahwa masyarakat Indonesia tengah di mabuk teknologi. Meskipun hal yang sama juga terjadi di belahan bumi yang lain. Tetapi penulis memilih contoh konkret yang terjadi di sekitar kita agar relevansinya tidak bias.

Pada setiap penjelasannya, penulis menempatkan manusia sebagai tokoh utama dan teknologi sebagai oppositenya. Meski dalam berbagai kesempatan penulis menyadarkan bahwa teknologi adalah kawan bukan tuan. Buat saya rasanya ini sangat taktis dan clear saat penulis di bab 5 melemparkan pandangan "media baru memberikan pilihan yang luas tetapi tidak selalu tepat". 

Sebagai orang yang berkecimpung dalam media komunikasi massa seperti blog dan website, ini memberi penjelasan terarah dan konstruktif kepada saya terutama dan pembaca lainnya, bagaimana blog memiliki kemampuan mengolah informasi lebih dinamis. Hal itu karena blog secara spesifik melalui niche-nya menyediakan beragam informasi yang mudah diakses menggunakan peramban internet oleh siapa saja sesuai ketertarikannya. 

Buku ini memperjelas posisi blogger sebagai bagian dari jurnalisme jenama. Kekuatan konten yang dimiliki blogger memungkinkan blog untuk mendorong reputasi sebuah brand atau perusahaan. Secara tersurat penulis mencatatkan blog mampu membuat perubahan jika diperlakukan sebagai senjata yang memiliki peluru konten berkualitas.

Buku Digital Public Relations bisa menjadi salah satu panduan bagi mahasiswa, praktisi komunikasi maupun profesional karena didalamnya memberikan gambaran jelas tentang Digital PR dan semestanya, bahkan langkah perencanaan strategi yang terukur.  Tetapi lebih dari itu penulis menyisipkan misi suci bahwa teknologi digital tidak bisa menggantikan manusia. 

Sepakat dengan penulis bahwa ada satu hal yang tidak bisa di duplikasi teknologi yakni personalisasi. Rasa adalah personalisasi manusia yang penciptaannya merupakan hak prerogatif Sang Pencipta Tuhan Maha Sempurna. Pencerahan ini tertuang jelas dalam buku dan menjadikannya alasan mengapa buku ini layak menjadi bacaan bermutu.

Mengambil rentan waktu yang luas buku ini mencoba memberikan kesempatan pembacanya menyadari perubahan teknologi bukan hanya terjadi pada abad 21 tetapi jauh sebelum itu teknologi telah terjadi dan dijelaskan berdasarkan bentuk penyampaiannya. Teknologi terus berkembang dari PR 1.0 hingga revolusi industri 4.0 dan kini memasuki gerbang PR 5.0 dimana seperti dituliskan dalam buku secara filosofis kehadiran teknologi merupakan basis eksistensi kemanusiaan. Tanpa Manusia teknologi tidak ada.

Perkembangan digital public relations tak hanya terjadi di Indonesia tetapi berlaku secara global. Terlibatnya teknologi dalam interaksi manusia memberikan ruang-ruang kosong pada sisi kemanusiaan itu sendiri. Teknologi juga bahkan telah meleburkan aset berharga manusia yang disebut waktu. 

Buku ini juga tak sulit untuk dicerna bahkan oleh masyarakat umum. Tetapi bagi mahasiswa atau mereka yang terlibat langsung dalam dunia digital PR seperti influencer, blogger, KOL dan lain-lain buku ini ibarat kotak pandora karena menunjukkan secara teoritis dan praktis bagaimana self branding membantu  mengoptimasi tujuan digital PR.

Penutup

Sebagai penulis tunggal buku Digital Public Relations, Dudi Rustandi mencoba memberikan pemahaman bagaimana teknologi mendorong adanya pergeseran PR konvensional menjadi Digital PR. Paradigma baru ini coba dijabarkan melalui kekayaan data dan fakta yang disajikan secara all out di dalam buku ini lewat pengalaman pribadi, pengamatan fenomena umum, berbagai riset, pelatihan dan berbagai sumber refrensi primer sehingga menjadikan buku ini komprehensif dan relevan. 

Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi dan juga blogger buku ini seperti doorprize buat saya. Meski demikian siapapun tidak akan kesulitan mencerna setiap babnya karena penulis memilih diksi yang lugas dan mudah dipahami. Jadi untuk menemukan sudut-sudut dunia kehumasan dan jurnalistik yang belum terang benderang, buku ini layak menjadi sumber bacaan yang jelas dan detail. Selamat membaca.

Rafahlevi
Founder Xalshe Media Creative. Owner Beelicious Bandung. Single mom of two. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

18 comments

  1. Dengan baca buku ini jadi belajar tentang Digital Public Relations ya, Teh. Belajar ilmu baru nih. Relate juga ya dengan dunianya blogger.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul teh.. related banget karena blogger adalah elemen dari digital PR sendiri

      Delete
  2. Belajar digital public relations memang penting sih, apalagi kita sebagai bloger yang wara wiri menulis tentang apa saja. Literasi penting, termasuk membaca buku2 untuk memperkaya pengetahuan kita dan sumber referensi. Bukunya bagus ya, di Gramed mudah2an sudah ada, bisa kubeli.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat Mas Wahid, blogger harus punya ilmunya karena menulis di blog merupakan informasi yang disampaikan ke khalayak sesuai niche.. bukunya bisa dicari di di paltform e commerce juga mas Wahid

      Delete
  3. Ilmu bagi blogger juga ini tentang Digital Public Relations, penasaran ingin mempelajari isi bukunya juga, semoga saya yang gak memiliki ilmu dasar konvensionalnya dapat memahami digital PR ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. InsyaAllah mudah dipahami kak Salma karena diksi yang digunakan relatif umum

      Delete
  4. Saya yess sekali, Mbak. Semakin mengalir cuan dari blog, maka otomatis memang semakin semangat menulis atau mengisi blog hehehe.
    Tapi memang, 'modal' menulis harus terus kita tambah dan perbaharui. Salah satu utamanya dengan membaca buku. Dan buku ini bagus sekali seputar Belajar digital public relations, dunia yang dekat juga dengan dunia blogger.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget, mas Bams.
      Untuk komunikasi ini selalu penting, gak hanya blogger dan influencer.
      Tapi terlebih lagi etikanya di dunia maya. Jangan sampai jadi bad influencer atau bad blogger gara-gara gak paham ilmu komunikasi di dunia digital.

      Delete
  5. Aku juga baca buku ini. Lah loh...relate banget nih sama dunia perblogger-an. Selama ini cuma tahu dikit-dikit, baca buku Digital Public Relations jadi makin paham yah. Emang keren bukunya...

    ReplyDelete
  6. Lagi baca nih buku Digital Public Relations, karena kebetulan dulu saya selalu menyimak tulisan tulisan Kang Dudi di surat kabar Pikiran Rakyat
    Jadi bukunya seperti durian runtuh buat saya

    ReplyDelete
  7. Membaca Digital Pulic Relations jadi semakin paham mengenai perkembangan teknologi dan cara berkomunikasi yang sehat untuk masing-masing zaman. Meski kini informasi mudah diperoleh, tapi membaca buku tetap menjadi sumber yang paling bisa dipertanggungjawabkan.

    ReplyDelete
  8. Nyambung banget ya Kak, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi baca buku Digital Public Relation ini...tapi saya jadi enggak berkecil hati nih saat tahu jika siapapun tidak akan kesulitan mencerna setiap babnya karena penulis memilih diksi yang lugas dan mudah dipahami.

    ReplyDelete
  9. Dulu tuh aku merasa kayak, nggak bisa kalau sudah berurusan dengan public relation. Ternyata aku menjadi seorang blogger yang malah berkaitan erat sama Digital Public Relation ya.

    ReplyDelete
  10. Kerjaan saya yang sekarang beneran menuntut keterampilan Humas dan kayaknya harus beli buku ini deh. Keren pembahasannya.

    ReplyDelete
  11. Wah, ulasan ini benar-benar membuka mata tentang bagaimana teknologi digital mengubah dunia kehumasan. Menarik melihat bagaimana PR kini lebih interaktif dan dinamis dengan adanya media sosial dan platform digital lainnya. Penjelasan tentang pergeseran dari komunikasi satu arah ke interaksi dua arah memberikan perspektif baru bagi saya. Sepertinya buku "Digital Public Relations" karya Dudi Rustandi ini wajib dibaca untuk memahami lebih dalam transformasi ini. Terima kasih atas ulasan yang informatif dan menginspirasi!

    ReplyDelete
    Replies
    1. My pleasure Koh.. senang bisa berbagi informasi baik dan diapresiasi positif oleh teman-teman & pembaca lainnya..

      Delete
  12. Aku suka bagaimana Mbak mengupas buku Digital Public Relations ini dengan detail tapi tetap terasa personal. Jadi penasaran juga buat baca, apalagi kayaknya buku ini relevan banget untuk blogger atau siapa pun yang terjun di dunia digital. Penjelasan soal teknologi sebagai kawan, bukan tuan, itu deep banget sih, bikin aku mikir ulang soal hubungan manusia sama teknologi. Terus gaya ulasannya juga mengalir banget, bikin aku betah baca sampai akhir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sekali mbak Muti.. alhamdulillah
      Menyenangkan sekali bisa mengulas buku lagi dan menerima banyak apresiasi positif seperti ini..
      Semoga ulasan ini bermanfaat dan memantik rasa penasaran pembaca blog saya tentunya. As my hope call to action membeli buku Digital Public Relations karya Dudi Rustandi hehehe

      Delete

Post a Comment