Lampaui Ekspektasi! Film Perayaan Mati Rasa Karya Umay Shahab Jadi Film Keluarga Dengan Emosi Paling Realistis

 

Melihat konflik tak berkesudahan antara ibu dan anak artis rasanya miris. Bahkan kalau baca komen netijen "Malin Kundang pun insekyur liatnya" katanya.

Bagaimanpun peliknya rasanya konflik orangtua dan anak maka hanya orang tua dan anak pulalah yang mampu menyelesaikannya. Terlepas dari konflik artis tersebut, sering kali semua bermula dari prasangka atau asumsi. Orang tua berfikir mungkin anak tak nyaman di rumah maka membiarkannya memilih kebebasan menentukan masa depan, segan menanyakan maka timbulah kesan tak peduli. Atau justru sikap mengekang dan menuntut karena tak ingin hal buruk terjadi.

Sementara dalam sudut berbeda anak yang beranjak dewasa berfikir berat karena menyangka orang tua memberikan beban harapan yang amat besar. Menuntut tanggung jawab lebih tentang asa dan cita yang menjadi impian keluarga, tidak peduli atau membandingkannya dengan anak yang lain.

Begitulah kira-kira gambaran posisi keruwetan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, spesifiknya anak pertama. Mengapa anak pertama? Karena anak pertama rentan menjadi sosok menarik pembawa cerita. Kelahirannya menjadi kisah paling diingat, banyak harapan dan keinginan orang tua yang ditumpukan pada anak pertama. Padahal tak selamanya anak pertama mampu sempurna. 

Sebuah film bertema keluarga kembali diproduksi sineas Indonesia berjudul Perayaan Mati Rasa. Film ini menjadi berbeda karena mengangkat sudut pandang anak pertama laki-laki dengan segala tekanan emosional yang berkecamuk dalam jiwanya.

Melihat kematian rasa yang dialami Ian yang diperankan Iqbal Ramadhan, aku seperti melihat siluet yang sama pada diriku. Tenggelam dalam kerja keras mewujudkan keinginan orangtua yang belum sempat terwujud, tersiksa melihat kesuksesan dalam bentuk berbeda menghampiri adik, rasanya mati rasa saat semua usaha tak sesuai harapan.

SINOPSIS

Ian (Iqbal Ramadhan) berusaha mengejar cita-cita bersama bandnya untuk bisa tembus label mayor. Sang Ayah mendukung penuh cita-cita bermusik Ian meski di tengah sedikitnya waktu untuk bercengkrama bersama keluarga. Keterbatasan itu menjadi trauma bagi Ian terlebih saat adiknya Uta (Umay Shahab) beranjak dewasa dan berhasil sukses mengambil jalan berbeda dengan Ian. Hubungan dingin makin menebal antara Ian dan keluarga. 

Hingga sebuah kabar duka kecelakaan sang Ayah tiba-tiba menerjang Ian dan Uta di tengah kondisi ibunya yang tak stabil. Menjadi anak pertama Ian berusaha menjadi sosok yang kuat sebagai sandaran keluarganya. Bagaimana Ian bertahan tegar menyelesaikan keadaan  dan menemukan panggungnya yang sesungguhnya. Perayaan Mati Rasa mengikat semuanya. 

REVIEW

Film Perayaan Mati Rasa pada akhirnya melampaui ekspektasi saya sebelumnya tentang film-film garapan Umay Shahab. Bukan mengecilkan kepiawaiannya meracik sebuah produksi tetapi sejujurnya ini adalah film keluarga terbaik sejauh ini yang berhasil digarap Umay. 

Latar belakang Umay sebagai aktor yang telah malang melintang di dunia film tentu saja memberinya banyak pandangan dan menyisipi ideologisme tersendiri  tentang rasa pada sebuah film. 

Tetapi terjun langsung sebagai director pastinya tidak sama dengan sebagai pelakon. Ada hal-hal teknis dan keharmonisan yang harus diinterpretasikan dengan gaya dan putusan subjektif si nahkoda produksi.

Sebagai film keluarga Perayaan Mati Rasa berhasil menuturkan sebuah cerita yang konkret dan padat sepanjang 125 menit. Dengan durasi lumayan panjang kalau drama turbin dari ceritanya tak terbangun kokoh sudah tidur pulas saya di depan big screen. Tetapi itu sama sekali tidak terjadi cerita mengalir dengan rapih dan padat seperti yang saya bilang tadi.

15 menit pertama pengenalan karakter memberi gambaran konflik besar yang dihadapi Ian Si tokoh pembawa cerita. Kebutuhannya akan "panggung" dan keinginannya tentang "pengakuan" dibawa terus tidak terputus hingga puncak konflik. 

Pada akhirnya penyelesaian dari wants dan needs Ian terselesaikan clear. Panggung Ian bukan hanya tentang mimpi bermusik yang menjadi impian sang ayah tapi panggungnya yang sesungguhnya adalah tempatnya sebagai anak pertama di keluarga. Dimana semua mimpi dan kepercayaan menjadikannya pemilik spotlight utama. 

Begitu juga dengan "pengakuan" yang selalu Ian gugat dalam pikirannya. Sesungguhnya selama ini mati rasa yang membuat Ian terbenam di keluarga adalah karena Ian lupa jika sebenarnya tidak pernah ada yang berubah tentang kehadirannya dan bahkan jika tidak sempurna menjadi anak pertama itu juga tidak apa-apa.

Film bergenre drama ini membawa pesan tentang cinta keluarga, impian dan keyakinan diri. Mengambil semesta Jakarta 2024 relevan dengan kehidupan keluarga pelaut yang harus mengorbankan banyak hal termasuk keluarga demi tugas dan tanggung jawab.

Perayaan Mati Rasa

Rumah Produksi : Sinemaku Pictures
Penulis Skenario: Jusuf Jacka
Sutradara: Umay Shahab
Rilis : 28 Januari 2025
Durasi : 125 menit
Pemain :
Iqbaal Ramadhan sebagai Ian Antono
Umay Shahab sebagai Uta Antono
Dwi Sasono sebagai Satya Antono
Unique Priscilla sebagai Dini Antono
Devano Danendra sebagai Ray
Dul Jaelani sebagai Saka
Randy Danistha sebagai Dika
Pricilla Jamail sebagai Dinda


Rafahlevi
Founder Xalshe Media Creative. Owner Beelicious Bandung. Single mom of two. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

Post a Comment